Sastra kreatif yang ditulis dalam bahasa asing –secara relatif- dapat dikategorikan sebagai kreasi Arab, dan selanjutnya, kritik yang ditulis dalam bahasa asing juga bisa dikategorikan –secara relatif- sebagai kritik Arab.

Kita dapat memutuskan –secara spekulatif- bahwa kita betul-betul memiliki sumbangsih-sumbangsih teoritis dalam dunia kritik internasional. Hal ini nampak jelas ketika kita mengemukakan tiga kelompok atau tiga contoh nyata dari sumbangsih-sumbangsih tersebut.

Kelompok pertama: adalah apa yang biasa dinamakan dengan kritik oksidentalisme, yaitu kritik yang ditulis dalam bahasa-bahasa Barat yang dilakukan oleh orang-orang Arab yang memberi sumbangsih-sumbangsi teoritis kritik mereka dengan menggunakan bahasa-bahasa Barat, terutama bahasa Inggris dan Prancis. Secara khusus saya akan menyebutkan tiga kritikus yang tak seorang pun berbeda pendapat akan ke-Araban dan prestasi serta sumbangsih-sumbangsih mereka dalam mengembangkan teori-teori kritik internasional.

Contoh pertama: Edward Said yang telah mengemukakan teori utamanya yang bertolak dari orientalisme. Edward Said setidaknya adalah tokoh utama dalam teori post-kolonialisme. Ia juga merupakan salah satu pendiri penting dari kritik budaya dan analisa wacana. Edward Said menggunakan ideologi ke-Araban yang secara gigih membela hak bangsa Arab di Palestina, dan hal tersebut sama sekali tidak menutupi pilar pemikiran teoritisnya. Dan ini adalah kejeniusan seorang Edward Said.

Dia berhasil menggabungkan dua hal yang berlawanan; semangatnya yang tinggi dan pembelaannya yang gigih terhadap hak, eksistensi dan identitas Arab, berawal dari tulisan-tulisannya tentang orientalisme dan kemampuannya dalam merepresentasi hal tersebut secara ilmiah dan subyektif. Hal ini mengantarnya untuk meraih penghargaan dari seluruh bangsa Barat. Kita mengenalnya seteleh ia dikenal dan diakui oleh dunia internasional. Setelah ia membentuk diri dan menjadi salah seorang pendiri pemikiran kritik internasional.

Kita tidak dapat menghilangkan sifat ke-Araban dari Edward Said. Kita tidak dapat mengatakan bahwa sumbangsih-sumbangsih mumpuni dan efektif dalam bidang-bidang teori kritik kontemporer tidak memiliki sifat ke-Araban. Betul bahwa sebagian representasi, contoh dan analisanya tidak berbahasa Arab. Ia tidak mengecap kebudayaan Arab secara maksimal, meskipun ia sempat melewati jenjang pendidikan primer di Mesir pada dekade 40-an dan 50-an, lalu hijrah ke Amerika pada usia dini. Akan tetapi ia selalu menghabiskan masa liburnya dekat dengan Mesir yaitu di Beirut dan Syam, karena ia dicekal masuk ke Mesir karena masalah perdagangan. Ia menghabiskan waktunya di Beirut dengan melakukan diskusi dengan Sharl Malik; filosof kawakan Syam, untuk membela nasserisme. Edward Said adalah simbol perjuangan yang menakjubkan dan mengagumkan.

Contoh kedua: walaupun tidak setenar Edward Said, akan tetapi ia tetap sangat penting; Mushtafa Shafwan; salah seorang pendiri kritik struturalisme Prancis. Dialah yang menulis pasal khusus tentang kritik strukturalisme dalam sebuah buku memori bersama yang koordinasi oleh Todorov. Dia adalah murid Lakan; cendikiawan terkenal Prancis. Dia mewarisi dan mengembangkan mazhabnya, memarisi kliniknya di Paris dan memangku direksinya sekarang ini. Mushtafa Shafwan termasuk diantara pemberi sumbangsih utama dalam teori-teori strukturalisme dan post-strukturalisme dalam konteks ke-Prancisan. Betul bahwa sebagian pikiran-pikiran dan teori-teorinya tidak sejalan dengan kita, yang memaksa kita melakukan tindakan preventif, seperti seruannya sejak beberapa tahun yang lalu tentang pentingnya penerjemahan dalam bahasa ammiyah, dan contoh yang ia kemukakan berupa terjemahan Hamlet dalam bahasa Ammiyah Mesir. Akan tetapi kita tidak dapat mengingkari karya Mushthafa Shafwan dalam dunia kritik internasional.

Contoh ketiga: tidak jauh dari hal tersebut di atas; Ehab Hassan; seorang filosof post-modernisme, pencetus teori-teori teks, salah seorang tokoh pemikiran kritik Amerika. Betul bahwa ia terkadang menampakkan sikap preventif terhadap ke-Araban dan ke-Mesirannya. Dan itu adalah hak dia, sebagaimana kita berhak menerima atau menolak hal tersebut. Akan tetapi apa yang ia tulis dapat dikategorikan berindentitas Arab – Mesir. Dan ia juga dapat dikategorikan sebagai kritikus oksidentalis.

Kelompok kedua: dari aliran-aliran yang turut memberi sumbangsi dalam pengembangan pemikiran kritik teoritis kontemporer, terbagi kepada dua golongan. Dalam kritik Arab –misalnya- berkembang khususnya pada dunia akademik sebuah kelompok stylistics / al-uslubiyyah. Kelompok ini mengetengahkan kepada kita fenomena mengagumkan akan kemampuannya dalam memberi kontribusi teoritis dan terapan dalam pemikiran kritik internasional. Atas dasar faktor-faktor ini, saya menyimpulkan kenapa kelompok ini dapat diterima, disambut dan menyebar pada seluruh tataran kebudayaan Arab.

Kelompok al-uslubiyyah ini muncul dalam pemikiran Arab sejak dua generasi yang lalu. Berawal dari Amin al-Khuli, Ahmad al-Syayib, Al-Zayyat dan sejumlah tokoh yang mengingingkan terciptanya uslubiyyah Arab. Akan tetapi ia dikenal dan berkembang serta membuahkan hasil pada paruh kedua adad keduapuluh, melalui sejumlah pusat-pusat produksi ilmiah pada studi-studi akademik dan studi-studi terapan di seluruh penjuru dunia Arab; dari ujung timur Afrika di Maroko tempat berkembanganya aliran uslubiyyah di tangan tokoh-tokoh seperti: 'Abdussalam al-Misaddi, Muhammad al-Hadi al-Tarabelsi, Hammadi Shammud, Muhammad al-'Umari, dan Al-Hamid al-Hamadani. Di negeri Syam tedapat tokoh-tokoh uslubiyyah yang memiliki kapabilitas keilmiahan yang mumpuni seperti: Munzir al-‘Ayyasy yang telah menerjemahkan dasar-dasar dari studi-studi uslubiyyah.

Dan kita dapat merepresentasikan perealisasi sesungguhnya dari aliran uslubiyyah dalam tulisan-tulisan Syukri 'Ayyad, Mushthafa Nashif, Muhammad 'Abdul Muththalib, Sa’ad Mashluh dan penulis makalah ini.

Pengembangan paradigama, teoritis dan terapan yang subur dan kaya, yang telah dilakukan oleh kritikus-kritikus yang membahas puisi, cerita, novel dan wacana kesusastraan pada umumnya dengan analisa-analisa uslubiyyah, merupakan kontribusi sesungguhnya kepada pemikiran kritik kontemporer.

Kelompok ketiga dan terakhir: yang saya nilai telah mengemukakan sampel sesungguhnya dari kontribusi Arab dalam teori-teori kritik kontemporer, adalah kelompok yang sering disebut dengan kritikus puisikal / syi’riyyah. Puisikal adalah terminologi yang tidak hanya terbatas pada ragam puisi saja. Akan tetapi juga meliputi narasi-narasi dan ragam perkataan lainnya. Dan sekiranya saya menyebut tokoh-tokoh di bidang ini, maka saya tidak akan dapat memenuhi hal-hal terpenting yang mereka miliki. Akan tetapi saya tidak dapat melupakan nama-nama vocal seperti: 'Izzuddin Ismail, Jabir 'Asfour, Mahmud al-Rabi’i, Shabri Hafizh, Kamal Abu Dib, Muhammad Miftah, Muhammad Barradah, 'Abdul Fattah Kilithu, Said Yaqthin, Faishal Darraj, dan 'Abdullah al-Ghazzami. Bahkan dapat dikategorikan dalam bagian ini sebagian dari kreator senior yang turut memperkaya studi-studi puisikal, seperti Adonis dalam tulisan-tulisannya tentang puisikal. Dan dilanjutkan oleh generasi baru yang terdiri dari penulis dan kritikus muda. Saya yakin bahwa tulisan-tulisan mereka telah memberi nilai tambahan yang sesungguhnya terhadap teori puisikal yang dapat mempersonifikasikan kontribusi Arab kepada kita semua.

Yang menjadi permasalahan adalah penjara bahasa. Dengan kata lain bahwa penulis –siapapun dia- yang pintar akan menerbitkan novel, karena novel adalah suatu hal yang mudah disusun dan keuntungan publik, prilaku dan moral sangat memadai. Dan sangat mudah kita dapatkan orang-orang yang mampu menerjemahkannya. Akan tetapi siapa yang mumpuni dalam menerjemahkan sebuah pasal dari pasal-pasal yang memiliki pemikiran yang dalam dan hakiki yang telah diketengahkan oleh sosok seperti Mahmud Amin al-'Alim, seorang profil yang telah banyak memberi kepada generasi-generasi sekarang ini.@uS